Kerentanan Remote Code Execution (RCE) kritis teridentifikasi pada pgAdmin 4 versi 9.10 dan sebelumnya. Patch segera diperlukan untuk mencegah pengambilalihan server database.
Sebuah kerentanan keamanan kritis telah teridentifikasi pada pgAdmin 4, platform administrasi web yang populer untuk PostgreSQL. Kerentanan yang diberi identifikasi CVE-2025-13780 ini memungkinkan penyerang untuk mengeksekusi kode arbitrer secara remote pada server yang menjalankan pgAdmin dalam mode server, berpotensi memberikan akses penuh terhadap database dan sistem operasi yang mendasarinya.
Menurut National Vulnerability Database (NVD), kerentanan ini memiliki skor CVSS 3.1 sebesar 9.1 (CRITICAL), dengan vektor serangan yang dapat dilakukan melalui jaringan tanpa memerlukan interaksi pengguna atau privilege khusus. Semua instalasi pgAdmin 4 versi 9.10 dan sebelumnya yang beroperasi dalam server mode terdampak oleh kerentanan ini.
Kerentanan ini pertama kali dipublikasikan melalui platform CyberPress
dan segera diikuti dengan publikasi proof-of-concept (PoC) di GitHub
oleh peneliti keamanan. Mekanisme eksploitasi melibatkan manipulasi
fitur restore database menggunakan file SQL format PLAIN yang
mengandung meta-command psql yang dapat melewati filter keamanan
pgAdmin, memungkinkan eksekusi perintah sistem operasi melalui
\!
meta-command.
Dengan lebih dari jutaan instalasi PostgreSQL di seluruh dunia dan pgAdmin sebagai tool administrasi standar de facto, dampak potensial dari kerentanan ini sangat signifikan. Organisasi yang mengekspos pgAdmin ke internet atau jaringan yang tidak terpercaya menghadapi risiko immediate compromise, terutama mengingat proof-of-concept eksploitasi telah tersedia secara publik.
Analisis infrastruktur menunjukkan paparan signifikan terhadap kerentanan CVE-2025-13780 di wilayah Indonesia
Sebanyak 439 host yang berlokasi di Indonesia teridentifikasi menjalankan pgAdmin 4 dengan konfigurasi yang berpotensi rentan terhadap eksploitasi CVE-2025-13780.
Host-host ini tersebar di berbagai lokasi di Indonesia, mencakup data center komersial, institusi pemerintahan, institusi pendidikan, dan infrastruktur enterprise swasta.
Keberadaan 439 host yang terekspos menempatkan Indonesia dalam kategori negara dengan eksposur risiko tinggi terhadap CVE-2025-13780. Mengingat proof-of-concept eksploitasi telah dipublikasikan, organisasi-organisasi ini menghadapi ancaman immediate compromise.
Jika organisasi Anda menggunakan pgAdmin 4 versi 9.10 atau sebelumnya dalam mode server, segera lakukan assessment dan patching untuk mencegah potensi eksploitasi.
Karakteristik teknis dan vektor serangan kerentanan Remote Code Execution pada pgAdmin 4
Attack Classification
Affected Components
Kerentanan dieksploitasi melalui fitur restore database pada pgAdmin 4. Fitur ini memungkinkan administrator database untuk mengembalikan backup database dari file SQL. Dalam implementasi vulnerable, pgAdmin tidak melakukan validasi memadai terhadap konten file SQL yang di-upload.
Penyerang menyusun file SQL format
PLAIN
yang mengandung meta-command psql berbahaya.
Meta-command ini adalah instruksi khusus yang diinterpretasikan
oleh psql (PostgreSQL interactive terminal) untuk melakukan
operasi di luar SQL standar.
Meta-command Kritis:
\! [system_command]
Meta-command
\! memungkinkan
eksekusi arbitrary system commands pada server.
pgAdmin mengimplementasikan filter untuk memblokir meta-command berbahaya, namun filter ini dapat di-bypass menggunakan teknik obfuscation berbasis karakter whitespace khusus dan UTF-8 Byte Order Mark (BOM). Hal ini menyebabkan psql tetap mengeksekusi meta-command meskipun seharusnya diblokir.
Common Vulnerability Scoring System Analysis
CVSS:3.1/AV:N/AC:L/PR:L/UI:N/S:U/C:H/I:H/A:H
Untuk berhasil mengeksploitasi kerentanan ini, penyerang memerlukan:
⚠️ Tidak memerlukan privilege administrator atau akses root untuk eksekusi awal.
Pembedahan detail terhadap root cause, filter bypass technique, dan exploitation flow
Kerentanan ini berakar pada implementasi mekanisme filtering meta-command psql yang tidak sempurna dalam pgAdmin 4. Untuk memahami kerentanan ini, kita perlu memahami bagaimana pgAdmin memproses file restore SQL.
User Upload: Administrator mengunggah file SQL melalui interface web pgAdmin
Filter Check: pgAdmin menerapkan regex-based filter untuk memblokir meta-command berbahaya
psql Execution: File yang lolos filter dikirim ke psql untuk dieksekusi pada PostgreSQL server
Filter yang diimplementasikan pgAdmin menggunakan
regex pattern matching untuk mendeteksi dan
memblokir meta-command seperti
\!,
\o, dan
\copy.
Namun, regex ini memiliki beberapa kelemahan fundamental:
UTF-8 BOM adalah sequence byte khusus (0xEF 0xBB 0xBF) yang digunakan untuk mengidentifikasi encoding file. Filter
pgAdmin tidak memperhitungkan keberadaan BOM di
awal file atau sebelum meta-command.
Contoh Konseptual:
-- File SQL dengan BOM sebelum meta-command
[UTF-8 BOM]\! whoami
SELECT version();
Filter regex pgAdmin tidak mendeteksi
\! karena BOM
"mengganggu" pattern matching, namun psql tetap mengeksekusinya
setelah mem-parse BOM.
Penyerang dapat menyisipkan karakter whitespace non-standard di antara backslash dan tanda seru untuk melewati regex filter. Karakter-karakter ini diabaikan oleh filter tetapi di-normalize oleh psql parser.
Whitespace Characters yang Dapat Digunakan:
\t)
\r)
-- Contoh: Tab di antara \ dan !
\[TAB]! cat /etc/passwd
Meta-command dapat di-obfuscate menggunakan kombinasi SQL comments dan line breaks yang menyebabkan filter gagal mengenali pattern lengkap, sementara psql tetap mengeksekusi command setelah mem-parse comments.
Berikut adalah alur serangan secara konseptual dari perspektif attacker untuk mengeksploitasi CVE-2025-13780:
Attacker mengidentifikasi target yang menjalankan pgAdmin 4 versi vulnerable (≤9.10) dalam server mode. Mendapatkan kredensial login melalui phishing, credential stuffing, atau social engineering. Privilege level "low" sudah cukup untuk eksploitasi.
Membuat file SQL format PLAIN yang mengandung meta-command
\!
dengan obfuscation technique (UTF-8 BOM, whitespace
manipulation, atau kombinasi keduanya).
Login ke pgAdmin interface, navigasi ke fitur restore database, dan upload file SQL malicious. File berhasil melewati regex filter karena obfuscation technique menyembunyikan meta-command dari pattern matching.
pgAdmin memanggil psql untuk mengeksekusi file restore. psql
mem-parse file, menormalisasi whitespace/BOM, dan mengeksekusi
meta-command
\!. System command dijalankan dengan privilege user yang
menjalankan proses pgAdmin (biasanya user database atau
dedicated service account).
Dengan RCE, attacker dapat: menginstall backdoor, exfiltrate database credentials, dump data PostgreSQL, establish persistence mechanism, atau pivot ke sistem lain dalam network (lateral movement).
Kerentanan ini mendemonstrasikan risiko parser mismatch dalam security filtering. Ketika dua parser berbeda (pgAdmin filter vs psql interpreter) memproses input yang sama dengan aturan berbeda, celah keamanan dapat muncul. Ini adalah pola umum dalam kerentanan injection dan bypass attacks, dan menekankan pentingnya defense-in-depth serta input validation di multiple layers.
Analisis publikasi PoC dan implikasinya terhadap threat landscape
Repository:
zeropwn/pgadmin4-9.10-CVE-2025-13780
Publikasi PoC untuk kerentanan critical seperti ini secara signifikan menurunkan barrier to entry untuk eksploitasi. Sebelum PoC tersedia, hanya threat actors dengan skill tinggi yang dapat mengeksploitasi kerentanan. Setelah publikasi:
Organisasi yang mengekspos pgAdmin 4 ke internet menghadapi risiko immediate compromise. Berdasarkan scanning platform publik seperti Shodan dan Censys, diestimasi ribuan instance pgAdmin terekspos secara langsung ke internet.
Urgent Action Required: Jika pgAdmin Anda terekspos ke internet, segera isolate dari akses publik atau upgrade ke versi terbaru yang telah di-patch.
Konsekuensi multi-dimensional dari successful exploitation
RCE memberikan akses eksekusi command dengan privilege user pgAdmin (sering kali memiliki akses ke database credentials dan sensitive configs)
Attacker dapat menginstall backdoors, create rogue admin accounts, atau setup cron jobs untuk maintaining access
Compromised server menjadi pivot point untuk menyerang sistem lain dalam internal network, especially database servers
Akses ke pgAdmin config files yang berisi stored database credentials (passwords, connection strings, API keys)
Full access ke PostgreSQL databases yang dikelola pgAdmin—customer data, financial records, PII, trade secrets
Capability untuk DROP databases, DELETE tables, atau TRUNCATE critical data sebagai sabotage atau cover-up
Subtle modifications ke financial records, audit logs, atau user permissions untuk fraud atau covering tracks
Jika backup procedures melibatkan pgAdmin, attacker dapat poison backups untuk ensuring persistence even after restoration
Database compromise mengakibatkan application downtime—estimated cost $250K-$500K per hour untuk enterprise
Data breaches trigger GDPR, HIPAA, PCI-DSS violations—fines hingga €20M atau 4% annual revenue (whichever higher)
Loss of customer trust, negative media coverage, stock price impact untuk public companies
Post-breach customer attrition rates 20-40% dalam 12 bulan, especially untuk B2B SaaS companies
Dalam shared hosting/container environments, single compromise dapat affect multiple customers or applications
Jika pgAdmin digunakan dalam DevOps workflows, attacker dapat inject malicious code ke deployment pipelines
Access ke instance metadata services (AWS EC2, Azure VM) untuk stealing cloud credentials dan escalating to infrastructure-level access
Dalam containerized deployments, RCE dapat menjadi stepping stone untuk container escape attacks targeting orchestration layer (Kubernetes, Docker Swarm)
Angka-angka di atas based on average costs untuk enterprise-scale data breaches involving database compromise (IBM Cost of Data Breach Report 2024)
Konsultasi dengan Security Expert
Tim security expert kami siap membantu organisasi Anda melakukan vulnerability assessment, penetration testing, dan incident response untuk kerentanan CVE-2025-13780 dan ancaman keamanan lainnya.
Monitoring dan response real-time terhadap ancaman
Identifikasi dan remediasi kerentanan sebelum dieksploitasi
Tim expert untuk handling security breach dan recovery
Jangan Tunggu Sampai Terlambat!
48-72 jam window untuk patch sebelum mass exploitation